Download Materi Dibawah Ini
Materi Pembelajaran Terpadu
Nuriatun Apriani Tp
Kamis, 13 Juni 2013
Rabu, 05 Juni 2013
Pembelajaran Terpadu
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahnya Makalah mengenai "TEORI
BELAJAR KOGNITIF DAN HUMANISTIK ” ini dapat selesai tepat pada waktunya.
Mengingat waktu
yang tersedia untuk menyusun makalah ini sangat terbatas, kami sadar masih
banyak kekurangan baik dari segi substansi maupun dari susunan bahasanya. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
Akhir segala
kritik dan saran bersifat konstuktif untuk menyempurnakan pembuatan
makalah landasan
teoritik dan emfirik pembelajaran terpadu akan kami
terima dengan tangan terbuka.
Mataram 1juni 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
1.
KATA PENGANTAR
2.
DAFTAR ISI
3.
LANDASAN TEORITIK DAN EMFIRIK
PEMBELAJARAN TERPADU
a.
Landasan Pemikiran
b.
Landasan Normatif
c.
Landasan Praktis
4.
TEORI PERKEMBANGAN JEAN PEAGET
5.
TEORI VYGOTSKY
6.
TEORI BANDURA
1.
Fase Atensi
2.
Fase Retensi
3.
Fase Reproduksi
4.
Fase Motivasi
7.
TEORI BRUNNER
8.
PENUTUP
9.
DAFTAR PUSTAKA
LANDASAN TEORITIK DAN EMPIRIK
Pembelajaran terpadu merupakan salah
satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada
semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat SD/MI sampai dengan SMA/MA, model
pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.
Landasan Pemikiran
Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran
yaitu:
Progresivisme, menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya
berlangsung secara alami, tidak artifisial.
Konstruktivisme, menyatakan bahwa
pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama
dari belajar bermakna.
Developmentally Appropriate,
menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan
individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa.
Landasan Normatif
Landasan Normatif , menghendaki
bahwa pembelajaran terpadu hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal
yang ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran.
Landasan Praktis
Landasan
Praktis, bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi
dan kondisi praktis yang dipengaruhi terhadap kemungkinan pelaksanaanya
mencapai hasil yang optimal.
Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget (dalam Nur,
1998:11), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara
lahir dan dewasa, yaitu:
a). Tahap sensorimotor,
b). Praoperasional,
c). Operasi kongkrit
d). Operasi formal
Beberapa implikasi teori piaget
dalam pembelajaran, menurut slavin ( dalam Nur, 1998:27), sebagai berikut:
1). Memfokuskan pada proses berpikir
anak tidak sekedar pada produknya.
2). Pengenalan dan pengakuan atas
peranan anak-anak yang penting sekali
dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3). Penerimaan perbedaan individu
dalam kemajuan perkembangan.
Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi
baru dengan aturan-aturan iama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak
sesuai lagi.
Prinsip-prinsip yang sering diambil
dari konstruktivisme menurut Suparno (1997: 73), antara lain:
(1). Pengetahuan dibangun oleh siswa
secara aktif,
(2). Tekanan dalam proses belajar
terletak pada siswa,
(3). Mengajar adalah membantu siswa
belajar,
(4). Tekanan dalam proses belajar
lebih pada proses bukan pada hasil akhir,
(5). Kurikulum menekankan
partisipasi siswa, dan
(6). Guru sebagai fasilitator.
Teori
Vygotsky
Bahwa pembelajaran terjadi apabila
anak bekerja atau belajar menangani tugas-tugas itu yang belum dipelajari namun
tugas itu masih berada dalam zone of proximal development.
Ada dua implikasi utama teori
vygotsky dalam pembelajaran sains, yaitu:
1).Susunan
kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat
berinteraksi disekitar tugas-tigas yang sulit dan saling memunculkan strategi
pemecahan masalah yang efektif didalam masing-masing zone of proximal
development.
2).
Dalam pengajaran menekankan scoffolding sehingga siswa semakin lama
semakin bertanggung jawab terhadap
pembelajarannya sendiri.
Teori Bandura
Menurut bandura sebagian besar
manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang
lain.
Berdasarkan pola prilaku tersebut,
Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yaitu:
1. Fase Atensi
Fase pertama dalam pembelajaran
pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu model.
2. Fase Retensi
Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E.
2001: 5), fase ini bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku dan menyimpan
kode itu didalam ingatan (memoro jangka panjang).
3. Fase Revroduksi
Fase revroduksi mengijinkan model
untuk melihat apakah komponen-komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh
si pengamat( pembelajar).
4. Fase Motivasi
Pada fase ini si pengamat akan
termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat
seperti model, mereka akan memperoleh penguatan.
Teori
Bruner
Suatu model pengajaran yang
menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi (ide kunci) dari suatu
ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman
sebenarnya, dan nilai dari berpikir secara induktif dalam belajar.
Aplikasi ide-ide Bruner dalam
pembelajaran menurut woolfolk, (1997: 320), yaitu:
1). Memberikan cintoh dan bukan
contoh dari konsep yang dipelajari,
2). Membantu siswa mencari hubungan
antara konsep,
3). Mengajukan pertanyaan dan
membiarkan siswa menemukan sendiri
jawabannya,
4). Mendorong siswa untuk membuat
dugaan yang bersifat intuitif.
Pembelajaran terpadu memiliki
landasan pemikiran yang menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan
perkembangan usia individu yang meliputi perkembangan kognitif, emosional,
minat dan bakat siswa sehingga dapat memecahkan masalah melalui kegiatan
eksperimen.
Langganan:
Postingan (Atom)